Tugas I – Bisnis Intelegent
1. Buatlah
tabel perbedaan mendasar antara :
a. Data
Mining VS Bisnis Intelegent
b. Data
Warehous VS Bisnis Intelegent
c. Data
Warehous VS Data Mining
2. Buatlah
contoh kasus penerapan :
a. Data
Mining
b. Data
Warehous
c. Bisnis
Intelegent
3. Jelaskan
diagram alur dari Bisnis Intelegent dibawah ini :
Jawaban :
1. Tabel
Perbedaan mendasar antara :
a. Data
Mining VS Bisnis Intelegent
Data
Mining
|
Bisnis
Intelegent
|
Data seringkali terkubur dalam
database yang sangat besar, yang terkadang berisi data selama bertahun-tahun
|
Ketersediaan data yang relevan dapat
diatasi sehingga dapat menyuguhkan data-data yang relevan
|
Prinsip
kerja data mining merupakan suatu rangkaian proses yang terdiri dari
pembersihan data, Integrasi data, Transformasi data, Aplikasi teknik DM,
Evaluasi, Presentasi pengetahuan (dengan teknik visualisasi)
|
Prinsip
kerja sistem BI memberikan sudut pandang historis saat ini, serta prediksi
operasi bisnis, terutama dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan ke
dalam suatu gudang data dan kadang juga bersumber pada data operasional.
|
Tidak
dirancang untuk memprediksi masa lalu dan masa depan yang terlalu jauh
|
Mampu
memprediksi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang
|
b. Data
Warehouse VS Bisnis Intelegent
Data
Warehouse
|
Bisnis
Intelegent
|
Data warehouse dapat dimuat dan
diakses tetapi tidak dapat diperbaharui. Maksudnya adalah data tidak dapat
diubah, dihapus atau ditambah
|
Bisnis Intelegent dapat memberikan
kemudahan akses untuk informasi terbaru dari bisnis yang berjalan serta
peluang yang diproyeksikan
|
3
komponen utama : Data staging area, Data presentation area, Data access tools
|
4
komponen utama : data operasional, ETL, data Warehouse dan OLAP atau data
mining
|
Data Warehouse yaitu cara menyimpan
data dan menciptakan informasi melalui memanfaatkan data mart. Data Mart
adalah kategori informasi atau data yang dikelompokkan bersama untuk
memberikan informasi ke kategori
|
Bisnis Intelegent yaitu memanfaatkan
dari Data Warehouse untuk membantu membuat keputusan bisnis dan rekomendasi.
Informasi dan data aturan mesin memanfaatkan di sini untuk membantu membuat
keputusan ini bersama dengan alat analisis statistik dan alat data mining
|
c. Data
Warehouse VS Data Mining
Data
Warehouse
|
Data
Mining
|
Teknologi data warehouse digunakan untuk melakukan
OLAP (On-line Analytical Processing)
|
Teknologi data mining digunakan untuk melakukan
information discovery yang informasinya lebih ditujukan untuk seorang Data
Analyst dan Business Analyst (dengan ditambah visualisasi tentunya)
|
Dalam prakteknya, data warehouse juga mengambil data
dari data mining, dibandingkan OLAP mengingat database bukan satu-satunya
bidang ilmu yang mempengaruhi data mining
|
Dalam prakteknya, data mining juga mengambil data
dari data warehouse. Hanya saja aplikasi dari data mining lebih khusus dan
lebih spesifik
|
Database biasa yang berisi summary
atau rekap untuk subject tertentu yang sudah diketahui
|
Proses pengolahan data untuk
mendapatkan informasi yang belum diketahui
|
2. Contoh
Kasus Penerapan dari :
a. Data
Mining
Contoh Kasus Penerapan Data Mining
pada Toko Buku
Data mining adalah suatu metode pencarian
informasi berharga yang berupa pola yang menarik dalam tumpukan data. Data
mining sangat penting dalam dunia bisnis saat ini. Data mining sangat
diperlukan agar seseorang dapat survive dalam persaingan bisnis. Salah satu
contoh kasus yang dapat diambil dalam penerapan data mining yaitu misalnya pada
toko buku. Toko buku tersebut memiliki database pembelian buku-buku yang telah
dibeli. Penjual dapat memanfaatkan database tersebut menggunakan data mining.
Dengan menggunakan data mining penjual dapat mengetahui buku-buku dengan
kategori apa saja yang paling banyak terjual, yang kurang banyak terjual, atau
tidak pernah terjual.
Selain itu
penjual dapat mengetahui pada waktu-waktu kapan saja buku tertentu terjual
paling banyak. Misalnya berdasarkan database penjualan, pada tahun ajaran baru,
buku-buku pelajaran SD, SMP, dan SMA adalah yang paling banyak terjual. Penjual
dapat menyiasatinya untuk meningkatkan pendapatan dengan cara menempatkan
buku-buku pelajaran SD, SMP, dan SMA ke rak buku bagian belakang karena barang
tersebut pasti dicari dan menempatkan buku-buku yang kurang banyak terjual atau
tidak pernah terjual di rak buku bagian depan. Selain itu penjual dapat
menambah stok buku pelajaran SD,SMP, dan SMAnya dan menambah
barang-barang lain yang kemungkinan besar terjual laris manis pada tahun ajaran
baru. Misalnya pupen, buku tulis, tas, dll. Sehingga yang dijualnya bukan hanya
buku-buku saja tetapi juga barang-barang lain yang juga kemungkinan besar juga
ikut terjual pada tahun ajaran baru. Penjual juga dapat meningkatkan
penjualannya dengan memudahkan pembeli mencari buku yang diinginkan yaitu
dengan memberi label untuk setiap rak kelompok buku. Misalnya buku-buku
komputer dikelompokkan dalam satu rak dan rak tersebut diberi label komputer
sehingga pembeli mudah menemukannya meskipun diletakkan di rak buku bagian
belakang.
b.
Data Warehouse
Contoh Kasus Penerapan Data
Warehouse pada Perusahaan Berskala Kecil
Karena data warehouse sangat mahal,
mereka biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Beberapa perusahaan
yang lebih kecil, menggunakan data warehouse yang skala nya lebih kecil, yang
biasa disebut data mart. Data mart adalah data warehouse yang kecil yang
didesain untuk kebutuhan pemakai akhir pada sebuah unit bisnis strategi (SBU =
Strategic Business Unit) atau departemen. Dalam tahapan sebelumnya, data mart
jauh lebih murah dari pada data warehouse.
Data mart biasanya menghabiskan dana
sampai $100,000, bandingkan dengan data warehouse yang menghabiskan $1 juta
atau lebih. Ditambah lagi, data mart dapat diimplementasikan lebih cepat,
biasanya kurang dari 90 hari. Hal ini dikarenakan data mart hanya berisi lebih
sedikit informasi dari pada data warehouse, data mart juga memiliki respon yang
lebih cepat dan lebih mudah untuk dipelajari. Data mart mendukung lebih ke
lokal dari pada pengontrolan terpusat oleh manajer suatu departemen. Data mart
juga memberikan hak kepada SBU untuk membuat sebuah sistem pendukung keputusan
tanpa mengandalkan Data mart memfokuskan hanya pada kebutuhan-kebutuhan pemakai
yang terkait dalam sebuah departemen atau fungsi bisnis. Data mart biasanya
tidak mengandung operasional yang rinci seperti pada data warehouse. Data mart
hanya mengandung sedikit informasi dibandingkan dengan data warehouse. Data
mart lebih mudah dipahami dan dinavigasi.
c.
Bisnis Intelegent
Contoh Kasus Penerapan Bisnis Intelegent pada Industri Pendidikan
Saat ini penerapan business
intelligence pada industri pendidikan masih relatif sedikit apabila
dibandingkan dengan industri perbankan, kesehatan, asuransi, dll (Lihua,
Yongsheng, & Zhonglei, 2008). Penerapan business intelligence pada
industri pendidikan dapat dilakukan pada proses penerimaan mahasiswa baru,
manajemen pengajaran, dll (Rebbapragada, Basu, & Semple, 2010), (Liu
& Zhang, 2010). Menurut Rebbapraga (2010), persaingan untuk
penerimaan siswa baru semakin ketat setiap tahun dengan sebagian besar kampus
menerima aplikasi penerimaan siswa dan makin selektif dalam penerimaannya.
Tingkat penerimaan pada kampus ternama mencapai 10% dan ketidakpastian
menyebabkan siswa yang memiliki talenta melamar pada sekolah pada lapisan yang
berikutnya. Hal ini menyebabkan siswa memasukkan aplikasi ke beberapa sekolah
dan setiap sekolah memiliki tinggat waktu yang berbeda. Akibatnya siswa sering
menghadapi dilema pada saat mereka kehabisan waktu untuk menerima tawaran dari
universitas yang lebih rendah dari prioritas mereka. Tantangan dalam admisi
proses adalah proses mengidentifikasi pelamar terbaik meliputi beberapa
parameter dan saat kandidat yang diinginkan teridentifikasi maka keputusan
untuk menawarkan penawaran serta komposisi dari penawaran tersebut cukup susah.
Selain dapat digunakan dalam proses penerimaan mahasiswa, penerapan data
mining dapat digunakan untuk mendukung manajemen pengajaran. Setiap
universitas mengelola nilai mahasiswa dalam jumlah besar dari berbagai fakultas
yang berbeda-beda. Dengan adanya penerapan data warehouse dan
menganalisa data tersebut dengan menggunakan berbagai teknik data mining,
pihak pengelola fakultas dapat mengeksploitasi berbagai informasi tersembunyi
dan dapat melakukan peramalan dan analisis sehingga pengelola fakultas dapat
menggunakannya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pengetahuan.
Menurut Rebbapragada et al (2010),
para peneliti yakin bahwa data mining dan teknik manajemen penghasilan
dapat digunakan secara efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan
menggunakan data mining untuk mengembangkan model yang dapat memprediksi
kualitas dari pelamar dengan menggunakan data kinerja siswa pada masa lalu
berdasarkan kinerja siswa pada tahun pertama dalam hal GPA yang diperoleh
dan beberapa parameter penting yang dikumpulkan dari data pelamar seperti
high school GPA, SAT math score, SAT verbal score, strength of curriculum,
adjusted GPA, adjusted test scores, subjective score and overall assessment
score. Penelitian ini menggunakan metode neural networks karena
memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan decision trees, disamping
itu kemampuan neural networks dalam beradaptasi dengan perubahan kondisi
membuat metode ini cocok dengan konteks penerimaan siswa baru. Model manajemen
penghasilan sudah banyak digunakan oleh perusahaan di industri penerbangan dan
hotel, teknik ini dapat memaksimalkan penghasilan dengan mengumpulkan harga
terbaik untuk setiap bangku/sumber daya meskipun terdapat ketidakpastian
terhadap permintaan dimasa yang akan datang. Pada penelitian ini menggunakan
model yang dinamis yaitu markovian periods karena memiliki kemampuan
untuk menangani permintaan yang datang secara acak. Tabel harga penawaran dapat
digunakan sebagai referensi oleh staf admisi untuk menerima atau menolak
aplikasi dari calon siswa.
Tabel 1 menyediakan asumsi jumlah
aplikasi yang diterima setiap minggu untuk tiga kategori selama 4 minggu,
jumlah aplikasi tersebut termasuk pelamar yang diterima dan ditolak.
Tabel 2 menunjukkan tabel harga penawaran untuk periode waktu dengan
penambahan 4000, setiap pengumpulan 4000 periode sekitar 3.3 hari.
Tabel 1. Jumlah aplikasi yang diterima setiap minggu
Sumber : Surya Rebbapragada, at all,
2010
Tabel 2. Tabel penawaran harga.
Sumber : Surya Rebbapragada, at all,
2010
Dengan menggunakan pendekatan
diatas, pihak universitas dapat langsung mengambil keputusan terhadap semua pendaftaran
siswa dan pada saat yang bersamaan dapat memaksimalkan proses penerimaan
dengan menerima mahasiswa terbaik pada kapasitas yang ditawarkan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Zhiwu Liu dan Xiuzhi Zhang (2010), mereka menganalisis nilai
mahasiswa dari beberapa mata kuliah industrial enterprise electrification di
sebuah universitas untuk mengetahui koneksi nilai dari beberapa mata kuliah
yang berbeda melalui teknik decision tree. tabel 3 merupakan database
nilai mahasiswa berisi no urut mahasiswa, dan hasil dari beberapa mata
kuliah utama (fundamental of electrical engineering-FEE, electrical machine and
drive-EMD, automatic control principle-ACP, automatic
control system-ACS, and higher mathematic-HM).
Tabel 3. Nilai dari mahasiswa
Sumber : Liu dan Zhang, 2010
Untuk memudahkan untuk melakukan data
mining, data pada tabel 3 sebaiknya dirubah dengan kondisi sebagai berikut:
jika nilai dibawah 60 maka diisi dengan 0 (tidak lulus) dan jika nilai diatas
60 maka diisi dengan 1 (lulus). Dengan menggunakan algoritma decision tree
C4.5,
1.Jika nilai mata kuliah FEE (A) lulus, maka nilai
mata kuliah ACS(C1) pada umumnya lulus. Tingkat akurasinya adalah 86.4% dan covering
rate untuk jumlah mahasiswa adalah 59.5%.
2.Jika nilai mata kuliah FEE (A) tidak lulus, dan
nilai mata kuliah EMD (B) juga tidak lulus, maka nilai mata kuliah ACS (C1)
pada umumnya tidak lulus. Tingkat akurasinya adalah 85.7% dan covering rate untuk
jumlah mahasiswa adalah 10%.
3.Jika nilai mata kuliah FEE (A) tidak lulus, tetapi
nilai mata kuliah EMD (B) lulus, maka nilai ACS (C1) masih bisa lulus. Tingkat
akurasinya adalah 81.25% dan covering rate untuk jumlah mahasiswa adalah
30.5%.
Gambar 1. Decision tree untuk
mengevaluasi nilai mahasiswa
Sumber : Liu dan Zhang, 2010
Dengan pendekatan diatas dalam
mengevaluasi nilai mahasiswa, maka pengelola fakultas dapat melihat hubungan
antara kinerja mahasiswa terhadap mata kuliah FEE, ACS, dan EMD. Berdasarkan
hasil evaluasi yang telah dilakukan, pengajar mata kuliah EMD perlu memberikan
perhatian yang lebih kepada mahasiswa yang tidak lulus EMD dan ACS
3. Penjelasan
diagram alur dari Bisnis Intelegent dibawah ini :
Keberadaan Bianis Intelegent dalam
suatu perusahaan diawali dari pelaku bisnis itu sendiri karena merekalah yang
lebih mengetahui Teknologi informasi dan analisa apa-apa saja yang dibutuhkan
dalam rangka meningkatkan kinerja bisnis dan mereka jugalah yang membutuhkan Bisnis
Intelegent. Disinilah nilai Bisnis Intelegent bisa menjadi besar dan berguna
bagi perusahaan. Pelaku bisnis mulai dari eksekutif, manajemen bahkan sampai ke
operasional harus berperan aktif juga dalam penerapan Bisnis Intelegent dan
divisi IT harus bisa berkolaborasi dalam hal penyiapan data-data dan arsitektur
sistem. Terlepas dari perangkat lunak apa yang digunakan. Bukan hanya sekedar
suatu pelaporan atau analisa saja tapi Bisnis Intelegent diharapkan dapat
menjadi alat bantu utama bagi pelaku bisnis dalam meningkatkan kinerja bisnis,
tentunya kebutuhan ini dalam tiap masa akan selalu berubah mengikuti
perkembangan bisnis itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar